Informasi Terbaru Hari Ini

Kumpulan Cerita Misteri Yang Menyeramkan

KKN di Desa Penari
Kumpulan Cerita Misteri Yang Menyeramkan | Berbagi cerita dan kisah misteri paling menyeramkan yang dijamin bakal membuat bulu kuduk Anda berdiri ketika membacanya.. Dunia Gaib atau Dunia Lain yang bisa disebut dengan alam setan/jin dan sebagainya banyak mengandung cerita-cerita misteri yang sangat menyeramkan di dunia ini.

Apalagi kisah misteri ini nyata dan dialami oleh Anda sendiri atau orang lain, betapa sangat mengerikan perasaan yang Anda rasakan saat itu. Maka dari itu pada kesempatan kali ini a-az ingin berbagi beberapa cerita misteri yang saya rangkum menjadi satu yang berjudul Kumpulan Cerita Misteri Yang Menyeramkan.

Kumpulan Cerita Misteri Yang Menyeramkan

Untuk cerita misteri yang menyeramkan ini bisa Anda baca langsung dengan lengkap ceritanya yang sudah kami siapkan dibawah ini, cekidooottt!!!

Cerita Misteri Membantu Persalinan Genderuwo

Kondisi Desa Clapar Kabupaten Purworejo Jawa Tengah awal tahun 1980 sangat berbeda dengan saat ini. Pada waktu itu belum ada listrik sehingga jalan-jalan masih sangat minim lampu penerangan jalan dan jarang ada bidan serta jauh dari rumah sakit. Tidak heran jika mayoritas ibu-ibu hamil yang hendak melahirkan lebih memilih untuk menggunakan jasa dukun beranak.

Salah satu dukun beranak yang tersohor pada saat itu adalah Mbah Kecis. Namanya dikenal hingga jauh ke luar desa. Mbah Kecis tidak pernah menolak panggilan untuk membantu persalinan warga desa, tanpa mengenal waktu. Jam berapapun dipanggil, dengan sigap Mbah Kecis akan datang. “Menolong orang itu tidak boleh pilih-pilih. Semua harus kita tolong kapanpun mereka membutuhkannya,” ujar Mbah Kecis kepada orang-orang yang mengagumi komitmennya.

Mbah Kecis tinggal sendirian di rumah sederhana yang berada di pinggiran desa. Tidak ada yang tahu persis berapa usianya. Meski tubuhnya sudah keriput, namun beliau masih lincah dan sigap ketika membantu persalinan. Seperti malam itu. Meski hujan lebat, namun Mbah Kecis tetap menyanggupi untuk pergi ketika Yanto- begitu tadi dia menyebut namanya ketika memperkenalkan diri, menjemputnya karena istrinya mau melahirkan. Sikapnya terlihat gugup. Saat itu sekitar pukul 01.00 dinihari.

“Mbah, mau minta tolong, istri saya mau melahirkan,” ujar laki-laki parobaya yang mengaku tinggal di Desa Ganggeng. Jarak Desa Ganggeng ke Clapar lumayan jauh, sekitar 8 kilometer. Yanto datang ke rumah Mbah Kecis naik sepeda ontel.

“Tunggu sebentar, saya mau menyiapkan peralatannya dulu,” ujar Mbah Kecis setelah mempersilahkan tamunya masuk. Namun tamunya tidak mau masuk. Sikapnya masih tampak gugup. Mbah Kecis sudah maklum dengan sikap tamunya yang selalu begitu. Maklum, namanya istri mau melahirkan, pasti bawaannya gugup dan cemas. Terlebih jika anak pertama. Laki-laki lebih gugup dibanding perempuan. Padahal yang mau bertaruh nyawa untuk melahirkan anak itu istrimu, bukan kamu. Mengapa kamu yang gugup? canda Mbah Kecis setiap kali tamunya terlihat tidak sabaran.

Begitu hujan reda dan Mbah Kecis selesai menyiapkan peralatannya, mereka bergegas meninggalkan rumah sederhana itu. Mbah Kecil naik di boncengan sepeda. Sesekali dia merapatkan pakaian tebalnya karena udara terasa sangat dingin. Sisa air hujan sesekali masih menetes dari dedaunan yang banyak tumbuh di kanan-kiri jalan. Mendung pekat juga masih menggelayut di langit. Praktis jalanan yang mereka lalui sangat gelap. Beruntung sesekali cahaya kilat menyambar, membantu Yanto mengawasi jalanan yang dilaluinya.

Setelah beberapa meter dari rumah, Mbah Kecis merasa ada sesuatu yang tidak beres. Laju sepeda ontel yang dinaikinya terasa begitu cepat dan mulus. Padahal ia tahu persis kondisi jalan di desanya sangat buruk; banyak batu kerikil dan lubang di sana-sini. Tetapi anehnya Mbah Kecis sama sekali tidak merasakan ada guncangan sedikitpun. Mungkin Pak Yanto sudah terbiasa melewati jalan ini sehingga bisa memilih jalan yang bagus dan tidak terperosok ke lubang jalan, pikir Mbah Kecis.

Namun beberapa saat kemudian Mbah Kecis merasa ada kejanggalan lain yang lebih aneh. Awalnya ia mencium bau kurang sedap dari tubuh Yanto. Baunya begitu menyengat seperti sudah beberapa minggu tidak mandi, batin Mbah Kecis. Ia agak kesal karena mulai tersiksa dengan bau itu. Namun mengingat ada seorang wanita yang tengah membutuhkan bantuannya, Mbah Kecis menepis rasa kesalnya.

Tidak lama kemudian bau busuk yang menyengat itu berganti dengan bau amis darah. Anehnya ketika Mbah Kecis mau menegur, bau amis itu juga hilang, berganti bau harum minyak japaron- minyak khusus untuk orang mati sebelum dikubur. Meski Mbah Kecis tidak pernah merasa takut, namun saat itu bulu kuduknya merinding juga. terlebih ketika ia ingat jika saat itu malam Jumat Kliwon.

Ketika Mbah Kecis mau bertanya, tiba-tiba sepeda yang dinaikinya berhenti. “Kita sudah sampai di rumah saya, Mbah,” ujar Yanto sambil membantu Mbah Kecis turun dari sepeda.

Rasa penasaran Mbah Kecis pun makin menjadi. Sebab ia merasa terlalu cepat sampai di rumah Yanto. Desa Ganggeng cukup jauh sehingga tidak mungkin bisa ditempuh secepat itu, apalagi dengan sepeda onthel. Masa hanya sekitar 10 menit sudah sampai, tanya Mbah Kecis dalam hati. Rasanya ia baru saja menaikinya dan tiba-tiba sudah sampai.

“Mari masuk, Mbah,” ajak Yanto.

Masih dengan balutan rasa heran, Mbah Kecis masuk ke dalam rumah. Sekali ini ia tidak mampu lagi menutupi keheranannya. Meski rumahnya tergolong bagus dan terang, namun ia tidak melihat satupun tetangga atau kerabat yang menjenguk dan menunggui istri Yanto. Padahal berdasarkan pengalamannya selama 15 tahun menjadi dukun beranak, setiap ada yang hendak melahirkan pasti sudah ada sanak saudara danu juga tetangganya yang berkumpul untuk membantu atau hanya sekedar menjenguk.

“Tidak ada yang menunggui?” tanya Mbah Kecis.
“Rumah di sini letaknya berjauhan, Mbah,” sahut Yanto. “Lagipula tadi kerasanya sudah malam. Jadi belum ada tetangga yang tahu. Ngga enak rasanya untuk membangunkan tetangga.”

Mbah Kecis manggut-manggut meski hatinya tetap penasaran. Ia lalu masuk ke kamar di mana istri Yanto sudah berbaring dengan posisi siap untuk melahirkan. Buru-buru Mbah Kecis mengeluarkan peralatan dan segera membantu persalinan istri perempuan muda itu. Sepanjang proses persalinan, istri Yanto sama sekali tidak berbicara. Hanya sesekali saja mengeluarkan erangan kecil. Raut mukanya juga sama sekali tidak mengekspresikan kesakitan ataupun ekspresi-ekspresi sewajarnya orang yang akan melahirkan. Datar saja. Ini manusia atau bukan, batin Mbah Kecis bertanya-tanya.

“Bagaimana rasanya? Mules-mulesnya sejak kapan?” tanya Mbah Kecis. Pertanyaan seperti itu jarang ia lontarkan karena biasanya si pasien yang sudah bercerita duluan.

“Ehm…” Hanya itu yang terlontar dari bibir istri Yanto. Mbah Kecis pun enggan bertanya lebih jauh. Dia kini sibuk membantu mengeluarkan bayi itu dari rahimnya. Tidak berapa lama lahirlah bayi berkelamin laki-laki. Tidak ada darah maupun air ketuban yang keluar dari gua garba istri Yanto. Semuanya bersih. Karena sudah terlalu banyak kejanggalan yang ditemuinya, Mbah Kecis sudah tidak peduli lagi dengan keanehan itu. Ia segera bersiap untuk memandikan bayi yang ukurannya lebih besar dari bayi normal pada umumnya. Rambutnya sangat lebat dan panjang, kuku-kukunya juga panjang-panjang.

Ketika sedang dimandikan, tiba-tiba bayi itu tersenyum lebar pada Mbah Kecis seraya memperlihatkan gigi-giginya yang besar-besar sebesar kotak korek api. Sepertinya bayi itu bisa mengenali orang di sekitarnya. Saking kagetnya, Mbah Kecis nyaris melempar bayi itu. Namun nalurinya melarang. Mbah Kecis kini sadar dengan apa yang dihadapinya. Ia berusaha untuk tetap tenang dan melanjutkan mengurus bayi itu hingga tuntas walaupun dengan ketakutan yang luar biasa. Sepanjang aktifitasnya, badan dan tangan Mbah Kecis gemetaran dengan hebat saking takutnya.

Setelah semuanya selesai Mbh Kecis segera berpamitan pada Yanto dan istrinya. Yanto beberapa kali mengucapkan terima kasih pada Mbah Kecis dan memberinya amplop sebagai imbalan atas jasanya. Dia juga menawarkan diri untuk mengantar Mbah Kecis pulang, namun ditolaknya dengan halus.

”Sudahlah, biar aku pulang sendiri. Temani saja istrimu. Kasihan dia tidak ada yang menemani,” kata Mbah Kecis memberikan alasan.
“Kalau itu maunya Mbah, saya juga tidak bisa memaksa. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih,” kata Yanto, datar.

Ketika Mbah Kecis baru saja melangkah keluar rumah dan mengucapkan salam, tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap. Terdengar ucapan terima kasih yang menggelegar seperti petir. Sesaat kemudian semuanya menjadi benar-benar gelap. Tidak ada lampu petromak, tidak ada rumah, dan juga tidak ada Yanto maupun istri dan bayinya. Kini yang terdengar hanya bunyi jangkrik dan suara burung hantu. Semua yang tadi dilihatnya menghilang begitu saja. Dingin malam menembus baju kebaya yang dikenakan Mbah Kecis.

Dengan tubuh gemetar, Mbah Kecis setengah berlari meninggalkan tempat itu. namun baru beberapa langkah, ia terjatuh terjerembab. Kakinya tersandung sesuatu. Setelah ia raba-raba ternyata itu adalah batu nisan. Mbah Kecis mengedarkan pandangannya ke sekitar dengan bantuan cahaya bulan yang timbul tenggelam. Akhirnya ia mengetahui kalau dirinya kini berada di tengah-tengah kuburan desa.

Sambil merapal doa dan mantra yang diketahuinya, Mbah Kecis kembali berdiri dan secepatnya meninggalkan kuburan tua itu. beberapa kali kakinya terantuk batu nisan. Namun ia sudah tidak menghiraukannya lagi. Ia juga tidak peduli ketika amplop yang tadi dipegangnya tercecer entah dimana. Membantu persalinan genderuwo bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Saat ini Mbah Kecis hanya ingin segera sampai di rumah dan melupakan semuanya.
######################

Cerita Misteri Hantu Kepala

Kejadian ini terjadi saat musim durian kemarin..
saat itu kakekku menyruh aku untuk menjaga pohon durian dkebunya pada malam hari siapa tau ada durian jatuh, kan lumayan bisa buat cemilan.. heheheee

Saat itu aku ingat betul bahwa malam itu adalah malam selasa. Aku pun mengajax 3 kawanku untuk ikut menjaga pohon durian itu. Singkat cerita kami pun telah sampai dkebun, jam ditangan sudah menunjukkan pukul 00.00 wib namun belum ada tanda-tanda durian jatuh.. lalu tiba-tiba ada bunyi kedebukkkk..

Kami ber 4 pun langsung menghampiri suara itu, lumayan dapat durian gede mateng lagi.. tidak berselang lama ada bunyi yang sama seperti biasa kami langsung menghampiri bunyi tersebut, lumayan dapat durian lagi meskipun agak kecil.

Kami pun menunggu lagi sekitar pukul 02.15 belum ada tanda-tanda durian jatuh. namun tiba-tiba semilir angin menyapu leher kami membuat bulu kuduk badan menjadi berdiri..

Bro merinding nih (tanya temanku)
Ah gak apa-apa biasa angin malam (jawabku)
Tidak berselang lama tiba-tiba kedebukkk!!!!
Suara durian jatuh lagi.. Namun suaranya lebih keras
bro pasti gede nih (tanyaku)
Yoi.. tapi kok suaranya aneh ya (jawab temenku)
Kami pun menghampiri suara itu..

Kami melihat durian berukuran besar dari jarak 10 meter, namun setelah didekati bentuknya mencurigakan.. sekitar jarak 1 meter... Astagfirlah serempak kami sangat kaget!!!
Yang kami lihat adalah "NDAS KLUNTUNG" atau (Hantu Kepala)

LARI!! namun salah satu temanku malah menendang hantu kepala itu sampai terpental jauh..
Kamipun langsung lari kerumah kakekku sambil membawa durian yang tadi kami dapatkan.
######################

Cerita Misteri Jalan Setapak Yang Angker

Saat itu tepatnya kurang lebih pukul 16.00 adel menemani sang kakek untuk mengantar barang (kipas angin kecil) ke seseorang. Jarak dari rumah sang kakek ke tempat tujuan kurang lebih 1 km'an dan sang kakek lebih terbiasa jalan kaki ketimbang menaiki sebuah kendaraan. Sang kakek juga sangat ahli memperbaiki baik itu barang-barang rumah tangga maupun barang-barang elektronik.

Di perjalanan itu adel melihat banyak sekali keindahan di kampungnya itu. Terutama saat menemani
sang kakek. Tapi ada pemandangan yang ia tidak sukai,
Yaitu saat ia melewati setapak jalan yang kanan kirinya dipenuhi oleh batang hijau yang berbulu halus dan berdaun lumayan lebat (pohon bambu).

Karena hari itu masih sore jadi adel tidak begitu takut melewatinya apa lagi ia sedang bersama sang kakek yang bisa dibilang pemberani itu.

Langkah pun berhenti. Adel dan sang kakek sampai di tempat tujuan. Tuan rumah pun dan sang kakek berbincang-bincang dengan akrab yang di temani oleh secangkir kopi hitam untuk sang kakek.

Pada pukul 20.00 sang kakek dan adel pamit untuk pulang. Adel juga tidak sabar untuk mengistirahatkan dirinya di tempat tidur karena lelah berjalan dan menunggu sang kakek mengobrol tadi.

Saat melewati tempat yang adel tidak sukai itu. Hawa dan angin berubah menjadi sangat dingin. Suasana gelap dan hembusan angin yang berderu membuat tempat itu begitu menyeramkan bagi adel. Di tengah jalan adel merasa begitu panik dan takut.

Namun ia berusaha untuk tidak merasakannya. Tapi apa yang terjadi. Adel mendengar suara-suara aneh terutama suara dengan nafas yang berat, yang ia dengar dari tengah-tengah pohon bambu. Ia langsung
memegang tangan sang kakek untuk mengurangi rasa takutnya itu.

Saat adel mencoba untuk tidak mendengar suara tersebut, suhu pun berubah menjadi panas dan sontak pandangan adel di tutupi oleh sebuah bayangan hitam. Tapi beberapa detik bayangan hitam dari pandangan adel itu menghilang. Ia berusaha memanggil sang kakek namun sang kakek hanya terdiam, tidak ada tutur kata yang keluar sedikitpun dari mulut sang kakek. Adel pun bingung dan melepas genggamannya dari tangan sang kakek.

Sesampainya di rumah Sang kakek baru berbicara kepada adel.

"Kamu tau nduk, kenapa kakek diam saat kamu memanggil???
Kakek tau kamu takut dan kakek tau kamu merasakan ada hal yang ganjil di sepanjang perjalanan tadi" ucap kakek

Adel pun hanya terdiam dan kakek pun berbicara kembali..

"Asal kamu tau daerah yang kita lewati tadi itu lumayan seram nduk. Kamu sadar gak kita tadi berjalan melewati selangkangan genderuwo (nah, lu bayangin dah
tu gedenya semana). Dan sosok hitam itu adalah penghuni tempat itu, sosok itu juga yang kerap kali
menjaili masyarakat sekitar ketika, mereka hendak melewati tempat itu makanya kakek diam karena kakek lagi berdoa" sambung kakek.

Ketakutan adel memuncak ketika ia mendengar ucapan sang kakek tadi. Lalu dengan kesadarannya adel pun mengambil air wudhu dan lekas tidur.
######################

Cerita Misteri Arwah Yang Gentayangan

Cerita ini berawal dari kematian seorang bapak-bapak yang kira-kira umurnya 45 tahun.. sebut saja namanya bapak idris (nama samaran).

Beliau mempunyai 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki (si bungsu), sekitar 3 tahun yang lalu beliau sering sakit-sakitan dan gatal-gatal di seluruh badannya, bahkan badan dan perutnya pun sampe membengkak, mungkin karena pengaruh beliau yang sering mengkonsumsi jamu obat gatal-gatal tersebut, selama beliau sakit dia tidak bisa bekerja menafkahi keluarganya, hanya kedua anak perempuan dan istrinya lah yang bekerja untuk menghidupi keluarganya.

Sekitar 1 minggu yang lalu maut telah menjemputnya.. Pak idris meninggal dunia tepat pada tgl 29 april 2014 pada pukul 23,00. Kelurganya pun sangat merasa kehilangan sosok kepala keluarga yang begitu sangat dicintainya, 1 malam setelah kematian beliau, suasana di kampungku terasa begitu seram.. baru kali ini suasana di kampungku terasa sangat jauh berbeda dari suasana sebelumnya.

Pada saat itu orang-orang di kampungku tidak ada yang berani keluar malam lebih dari jam 20.00, biasanya sebelum pak idris meninggal, kampungku suka rame bahkan jam 21.00 pun masih banyak pemuda-pemuda yang suka nongkrong-nongkrong, tapi sekarang tidak ada sama sekali, apalagi setelah kematian pak idris ada beberapa tetangga saya yang melihat arwahnya gentayangan di sekitar kampungku, bahkan adik iparnya sempat melihat beliau berada di depan rumahnya beliau (pak idris) hanya mengenakan celana pendek saja sebagaimana kebiasaannya saat beliau masih hidup.

Sempat terjadi kejadian yang aneh lagi di dapurnya, terdengar suara rak piring yang di buka dan suara kursi makan yang bergeser, kiranya yang membuka rak piring itu anaknya, padahal pas di liat ke dapur ternyata gak ada siapa-siapa. Sungguh mengherankan kejadian itu, dan ada 1 lagi tetangga saya yang melihat pak idris sedang duduk di teras rumahnya.

Sampai saat ini masih ada tetangga saya yang melihat arwah pak idris gentayangan di sekitar kampung, mungkin karena dia masih merasa berat untuk meninggalkan istri dan ketiga anaknya, semoga saja beliau bisa tenang dan bisa mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT.. Amiiin.

Demikian artikel terbaru yang bisa kami berikan kepada Anda mengenai *Kumpulan Cerita Misteri Yang Menyeramkan* semoga cerita misteri ini dapat membuat Anda ketakutan!!! Heheheheeee :v

Bisa Anda baca juga: Kisah Nyata Hantu Bangku Kosong
Kumpulan Cerita Misteri Yang Menyeramkan | A-AZ | 5